Rabu, 16 Januari 2013

3 Kapal Selam dari Korea Awali Target 10 Kapal Selam


KRI Nanggala 402 saat uji coba pelayaran di Korea Selatan
KRI Nanggala-402 saat uji coba pelayaran di Korea Selatan (Foto: Kaskus)
Modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI dilakukan secara serius dan berkesinambungan guna menunjang kekuatan sistem pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena itu, pemerintah selalu berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan TNI, khususnya TNI Angkatan Laut dalam menjaga perairan Indonesia.  
Seperti yang dinyatakan Kementerian Pertahanan pada Agustus lalu, bahwa pihaknya telah membeli sebanyak tiga kapal selam Chang bogo asal Korea Selatan. Pembelian telah resmi dilakukan Kementerian Pertahanan (Kemhan) melalui mekanisme transfer of technology (TOT) atau sistem alih teknologi.

Mengenai hal tersebut, Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin berharap Indonesia dapat membuat kapal selam sendiri setelah teknisi dari PT PAL belajar ke Korsel untuk membuat kapal selam. Wamenhan mengatakan ini itu saat berkunjung ke PT PAL, di Surabaya, Jawa Timur, Jumat, 28 Desember 2012.

Tujuan Wamenhan ke PT PAL,  dalam rangka meninjau kesiapan PT PAL untuk memproduksi alat utama sistem persenjataan (alutsista), di antaranya kapal selam, kapal tunda, kapal cepat rudal, kapal perusak kawal rudal dan tug boat.

"Saya melihat disini area persiapan untuk alih teknologi kapal selam. Dua kapal selam diproduksi bersama Korea Selatan. Satu unit kapal selam akan diproduksi di PT PAL di area khusus pembuatan kapal selam," ujar Sjafrie Sjamsoeddin, di sela-sela kunjungannya.

Dalam kesempatan itu, Sjafrie juga meminta PT PAL betul-betul serius dalam mengelola anggaran untuk kebutuhan modernisasi peralatan militer, khususnya untuk membangun infrastruktur kapal perang.
"PT PAL sudah bangkit dan secara khusus mendapat penyertaan modal. Tapi mereka harus menguatkan divisi kapal perang yang terkenal dengan teknologi tinggi," ujarnya.
Sebelumnya Korea Selatan juga pernah menerima kontrak untuk "perawatan berat" dua kapal selam Indonesia, yaitu KRI Cakra/401 dan KRI Nanggala/402 tepatnya di galangan kapal Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Okpo, Korea Selatan. Kedua kapal selam ini masing-masing di "opname" di Korea Selatan selama 2 tahun, yaitu KRI Cakra/401 pada 2004 hingga 2006 dan adiknya KRI Nanggala/402 pada 2010 hingga awal 2012 lalu. -Motto KRI Cakra dan KRI Nanggala : "Tabah Sampai Akhir." Merinding dah...-
Penambahan 10 Kapal Selam

Wamenhan menegaskan, untuk rencana strategis jangka panjang, Indonesia akan membeli 10 kapal selam. Di tahap awal, Indonesia akan memiliki tiga kapal selam hasil kerjasama pembelian dari Korea Selatan. Dua dibuat di sana, kata dia, satu kapal selam dibuat murni anak negeri di PT PAL mulai 2016.

Namun, pihaknya paham bahwa untuk mewujudkan kekuatan pokok minimum (MEF), dibutuhkan dana yang besar dan harus dilakukan dengan perencanaan matang. Meski begitu, jika melihat cetak biru pemenuhan alutsista hingga 2024, maka hal itu hampir dipastikan terwujud.

Sjafrie menjelaskan, pada awal pemerintahan SBY, anggaran belanja alutsista per tahun masih Rp 500 miliar. Sekarang, dana yang digelontorkan pemerintah mencapai Rp 8 triliun. Selain untuk memasuk kebutuhan senjata operasional prajurit, langkah membeli produk senjata lokal juga untuk membantu memulihkan kejayaan industri pertahanan dalam negeri.
Pangkalan Kapal Selam di Palu Segera Beroperasi

Pangkalan kapal selam TNI AL di Teluk Palu, Sulawesi Tengah, yang saat ini tengah dalam proses penyelesaian pembangunan, kemungkinan akan segera dioperasikan. Kapal selam TNI AL yang selama ini bermarkas di Koarmatim kemungkinan sudah bisa singgah di Teluk Palu pada awal 2013.
Dari sisi pertahanan negara, keberadaan pangkalan tersebut sangat strategis untuk pengamanan wilayah NKRI terutama di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II Selat Makassar sampai ke perbatasan dengan negara tetangga Malaysia di Laut Sulawesi.
Pangkalan kapal selam diTeluk Palu tersebut berada di lahan seluas 13 ha dan nantinya akan diperkuat dengan pasukan pertahanan pangkalan dengan jumlah personel sebanyak satu peleton atau sekitar 24 orang.

Salah satu alasan pemilihan Teluk Palu karena teluk ini cukup strategis di nusantara. Teluk Palu memiliki lebar 10 kilometer dengan lingkar garis pantai sepanjang 68 kilometer. Kedalaman Teluk Palu mencapai 400 meter dan dinilai sangat strategis. "Perlindungan alam" terhadap arus laut yang ekstrim juga dinilai sangat memadai dan menguntungkan untuk dijadikan pangkalan kapal selam.

Sebagai gambaran, pada Perang Dunia II, Angkatan Laut Kerajaan Inggris pernah mengandalkan pangkalan kapal selam Scapa Flow di Kepulauan Orkney, Skotlandia. Walau sempat ditembus flotila* kapal selam U-boat Jerman namun eksistensi Scapa Flow tetap dipertahankan.
*Flotila adalah formasi dari beberapa kapal perang/selam kecil yang mungkin merupakan bagian dari armada/formasi kapal perang yang lebih besar
Sumber: Republika/Kompas/Antara
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...