Jusuf Kalla yakin, mengingat pernah memiliki pengalaman yang sama.
"Mahasiswa itu tidak
perlu marah kalau BBM naik Rp1.500, itu senilai 5 kali SMS. Kurangi saja
SMS 5 kali. Masa mahasiswa lebih pilih SMS daripada menolong kita semua
untuk menolong APBN," kata Jusuf Kalla di Jakarta, Selasa 17 Juli 2012.
Berdasarkan pengalamannya
sewaktu menjadi Wakil Presiden 2004-2009, masyarakat tidak ada yang
marah saat pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi. Hal itu
bisa terjadi karena pemerintah telah menjelaskan dengan baik rencana
kenaikan itu.
"Saya jelaskan kalau harga tidak naik, maka jalanan menjadi jelek dan Anda bisa meninggal," katanya.
BBM bersubsidi,
lanjutnya, selama ini kebanyakan dinikmati oleh golongan masyarakat
mampu dibandingkan kalangan miskin. Padahal, ketersediaan energi
Indonesia semakin memprihatinkan seiring perekonomian Indonesia membaik.
Keprihatinan semakin meningkat karena produksi minyak mentah Indonesia semakin menurun.
Kondisi tersebut, hanya
akan menambah beban APBN karena Indonesia terpaksa mengimpor BBM dalam
jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan domestik. Di sisi lain, hampir
seluruh sendi-sendi kehidupan sangat bergantung pada energi.
JK menyontohkan, negara sebesar Amerika Serikat pun rela berperang dengan Iran demi kelangsungan energi domestik AS.
"Sekarang porsi mencari
minyak di dunia lebih susah. Banyak daerah penghasil minyak terletak di
tempat yang tidak aman, seperti Kongo, Nigeria, banyak penculikan atau
Irak dan Iran penuh dengan roket. Kita bersyukur di Indonesia tidak
perlu perang untuk mencari minyak," kata dia.