|
Hampir genap 2
tahun sudah KRI Nanggala 402 meninggalkan tanah air untuk menjalani
perawatan berat di Korea Selatan. Di ujung bulan november 2011,
terdengar kabar baru dari Korea Selatan, yaitu KRI Nanggala tengah
menjalani proses sea trial. Jika semua proses berjalan lancar, maka pada
akhir Januari, Nanggala akan melaut pulang. Diperkirakan pada tanggal 6
februari, KRI Nanggala akan tiba di Surabaya.
KRI Nanggala
berangkat ke Korea Selatan pada akhir tahun 2009. Seperti saudara
kembar-nya, KRI Cakra, Nanggala dijadwalkan menjalani overhaul berat,
sekaligus mengganti beberapa sistem tempurnya. Ketika berangkat pun,
Nanggala diangkut sebuah kapal khusus.
Butuh hampir 2
tahun, atau tepatnya 22 bulan untuk mengerjakan overhaul Nanggala. Hal
ini wajar, lantaran overhaul yang dilakukan meliputi pemotongan badan tekan, perbaikan permesinan, dan pembaruan sistim kendali senjata yang semuanya butuh waktu lama.
Sistem Tempur KRI Nanggala
Menurut data dari Jane’s defence, khusus untuk manajemen tempur, atau Command and Weapont Control System, Nanggala akan menggunakan MSI-90U Mk2 Kongsberg yang mampu mengendalikan 8 buah torpedo di air.
Sistem ini juga bisa terintegrasi dengan Torpedo Black Shark dan SUT
Mod 3. Bahkan Sistem MSI-90 Mk2 juga mampu menyiapkan dan mengendalikan
sekaligus 4 buah rudal (Sub Harpoon dan Exocet). Hanya saja sayangnya,
kemampuan menembakan Rudal ini belum dicangkokan ke dalam KRI Nanggala.
Sekedar catatan, sistem tempur ini juga dipakai oleh kapal selam kelas
212 milik Jerman.
Selain itu, sentuhan juga disertakan pada bagian sensor alias Sonar. Kini Nanggala mengandalkan sonar Lopas 8300 Elac yang memiliki jarak deteksi lebih jauh serta lebih sensitif.
Dengan
selesainya proses overhaul, diharapkan KRI Nanggala kembali bisa
mengamankan perairan NKRI secara maksimal. Sekaligus juga menjadi
jembatan, hingga kapal selam TNI-AL yang baru dibeli. Semoga!