"Ini awal kebangkitan PT DI dan revitalisasi industri pertahanan nasional," kata Yudhoyono
(Antara/ Rezza Estily)
“Hari ini adalah tonggak baru, menandai awal kebangkitan PT DI, sekaligus menandai revitalisasi industri pertahanan nasional kita,” kata Presiden Yudhoyono di Hanggar CN235, Kantor PT DI, Bandung.
Yudhoyono menuturkan, jajaran industri pertahanan memang sempat terkena imbas krisis ekonomi di Indonesia beberapa tahun silam. “Jajaran industri pertahanan mengalami permasalahan dan tantangan berat. Alhamdulillah, jajaran industri strategis tidak kolaps,” ujarnya.
Yudhoyono yakin, dengan kerja keras, industri pertahanan Indonesia bisa bangkit kembali. “Bukan sekedar yakin, tapi melalui kebijakan kita, lewat solusi penganggaran dan pemesanan alutsista dari PT DI, adalah jalan untuk melakukan revitalisasi,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Yudhoyono mengungkapkan, dalam tiga tahun mendatang, alat utama sistem senjata (alutsista) akan ditambahkan secara signifikan pada jajaran pertahanan angkatan udara, angkatan darat, dan angkatan laut. “Baik alutsista modern atau alat pendukungnya,” kata dia.
Yudhoyono lantas memaparkan tiga alasan pemerintah selama ini tidak cukup membangun alutsista. “Pertama, karena krisis. Kedua, karena keuangan terbatas, dan karena ada keperluan lain untuk masyarakat,” jelasnya.
Akibat berbagai hambatan itu, kata Yudhoyono, maka sebagian alutsista Indonesia tertinggal dengan negara lain. Dia lalu mencontohkan negara tetangga yang teritorinya lebih kecil, namun memiliki persenjataan yang lebih mutakhir.
“Jadi kita benar-benar perlu melakukan modernisasi, bukan berarti mengadakan perlombaan alutsista,” kata dia.