Minggu, 31 Maret 2013

Airbus Gandeng PTDI Produksi A320 Lion Air


Setiap bulan, PTDI kirim 12 bagian sayap senilai Rp7 miliar ke Airbus.


Airbus A320.
Airbus A320. (Airbus)
Pemesanan 234 unit Airbus A320 oleh maskapai Lion air membawa berkah bagi PT Dirgantara Indonesia. PTDI sejak 2008 lalu telah menjadi pemasok dan memproduksi hidung dan bagian depan sayap (engine pylons) berbagai varian A320.

Airbus menyatakan A320 yang diproduksi di Eropa memiliki kontribusi besar dari berbagai pemasok di seluruh dunia. Sedangkan PTDI telah terlibat sebagai salah satu pemasok utama berbagai program Airbus.

"PTDI telah memproduksi suku cadang untuk hidung dan bagian depan sayap A320," kata Juru Bicara Airbus dalam surat elektroniknya kepada VIVAnews, Kamis 21 Maret 2013.

Selain A320, PTDI juga memproduksi sayap bagian depan A380, pesawat komersil terbesar di dunia saat ini.  PTDI juga memproduksi beberapa bagian sayap A350 XWB (extra wide body) terbaru. Pada 2012 lalu, Airbus juga telah mempercayakan PTDI untuk melakukan frame struktural metalik bagian hidung pesawat A350-1000 yang akan mulai beroperasi pada 2017 mendatang.

"Semua pesawat produksi Lion Air akan dirakit di Eropa dan akan dikirim ke Indonesia melalui fasilitas Airbus di Toulouse dan Hamburg," katanya.

Saat dikonfirmasi, Direktur Produksi PTDI, Supra Dekanto, menjelaskan PTDI telah memegang kontrak pembuatan bagian sayap A320 sejak 2008 lalu dan berlaku selama 10 tahun. Rata-rata setiap bulannya PTDI memproduksi dan mengirim 12 bagian sayap senilai Rp7 miliar ke Inggris.

"Kontrak untuk A320 dan A380 berlaku selama 10 tahun. Sedangkan kontrak untuk bagian pesawat A350 untuk 300 unit dan itu baru permulaan," katanya.

Ia mengakui maraknya pengguna A320 di Indonesia memberikan dampak positif bagi PTDI. PTDI kebanjiran pesanan dari Airbus untuk membuat bagian sayap dari A320. "Untuk pembuatan sayap A350 baru permulaan, kami berharap akan ada kontrak jangka panjang," katanya.

Kamis, 21 Maret 2013

PTDI Serahkan 6 Helikopter Serbu Canggih

Helikopter serbu bikinan RI ini bisa digunakan untuk penyelamatan.


Sejumlah anak-anak melihat dari dekat persenjataan yang ada di pesawat helikopter Bell 412 pada pameran Alutsista di Jayapura, Papua, Senin(4/3/2013).
Sejumlah anak-anak melihat dari dekat persenjataan yang ada di pesawat helikopter Bell 412 pada pameran Alutsista di Jayapura, Papua, Senin(4/3/2013). (ANTARA/Anang Budiono)
 PT Dirgantara Indonesia menyerahkan enam unit helikopter angkut tipe Bell-412 EP kepada Kementerian Pertahanan yang kemudian diserahkan ke TNI AD. Penyerahan ini berdasarkan kontrak jual beli pada 6 Maret 2012  dengan sumber dana dari Fasilitas Kredit Ekspor tahun anggaran 2009.

Direktur Utama PTDI, Budi Santoso, mengatakan bahwa dengan pemberian helikopter ini diharapkan dapat membawa pengaruh besar yang positif kepada kemampuan TNI khususnya TNI AD dalam menghadapi tugas-tugasnya.

"Dengan helikopter jenis Bell generasi baru diharapkan dapat memberikan pengaruh besar bagi kemampuan TNI," kata Budi di Bandung, Jumat 15 Maret 2013.

Dia mengatakan, Bell 412 EP merupakan helikopter generasi baru yang serbaguna ditenagai sepasang mesin Pratt & Whitney Canada PT6T, dengan empat bilah rotor utama dan dua bilah rotor ekor.

Selain itu helikopter tipe Bell-412 EP ini termasuk helikopter kelas menengah dengan diawaki dua pilot dan co-pilot serta dapat mengangkut 13 orang penumpang.

"Helikopter tipe Bell-412EP ini dapat diandalkan, karena sebelumnya sudah membuktikan kehandalannya dalam berbagai operasi baik di Indonesia maupun negara-negara lain," katanya.
"Selain mampu melaksanakan misi-misi militer, helikoper ini mampu melaksanakan penerbangan sipil, operasi SAR, dan pemadam kebakaran."

Budi menuturkan bahwa PTDI sebagai salah satu penyedia produk alat utama sistem persenjataan akan berupaya memenuhi tuntutan TNI.

Sementara itu, Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksana Muda TNI Rachmad Lubis, mengatakan helikopter ini akan digunakan untuk misi serbu. 
Rachmad berharap helikopter ini dapat memberi dampak positif kepada TNI AD dalam pelaksanaan tugas.

Rabu, 20 Maret 2013

PT DI Lanjutkan Pengembangan Pesawat N250 Besutan BJ Habibie


“Kita sedang buat studi pasarnya. Apakah mau pakai desain yang lalu atau ada perubahan di N-250,”

Jakarta – PT Dirgantara Indonesia (DI) (Pesero) siap melahirkan kembali pesawat N-250 atau ‘The New N-250′ peninggalan BJ Habibie. Pesawat komersial yang terhenti pengembangannya sejak 1998 ini, dalam waktu enam bulan ke depan akan diputuskan kelanjutan atau masa depan pengembangannya.
Dirut PT DI, Budi Santoso menjelaskan, tahap awal pihaknya akan melakukan riset atau studi pasar mengenai prospek pesawat bermesin turboprop ini di mata industri penerbangan internasional.
“Kita sedang buat studi pasarnya. Apakah mau pakai desain yang lalu atau ada perubahan di N-250,” ujar Budi kepada detikFinance, Selasa (5/2/2013).
Menurutnya, paling cepat 6 bulan ke depan hasil studi pesawat yang telah dikembangkan sejak akhir 1980-an ini mucul. Budi menjelaskan, The New N-250 ini siap masuk ke pasar penumpang berkapasitas 70 sampai 80 penumpang yakni di bawah pesawat jet komersial berpenumpang 100 orang dan di atas pesawat bermesin propeler (baling-baling) berpenumpang 50 orang.
“Market yang ada, 70 sampai 80 penumpang, jadi PT DI jangan sampai salah masuk,” sebutnya.
Saingan terberat The New N-250 nantinya adalah pesawat pabrikan asal Eropa yakni Bombardier Q-400 dengan kapasitas 80 penumpang.
“Tapi dari desain kita lebih baik dari Bombardier Q-400,” cetusnya.
http://finance.detik.com/read/2013/02/05/152511/2161726/1036/pt-di-lanjutkan-pengembangan-pesawat-n250-besutan-bj-habibie?f990101mainnews

Selasa, 12 Maret 2013

Grand Design Pengembangan Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta



Percepatan  proses pengembangan Bandara Soekarno-Hatta mutlak untuk dilakukan. Hal itu mengingat jumlah pergerakan penumpang saat ini telah mencapai dua kali lipat dari kapasitas yang tersedia, yaitu 44,3 juta penumpang per tahun yang dilayani 14 maskapai pada jalulr penerbangan domestik dan 41 maskapai di rute internasional.



Sedangkan kapasitas terminal yang tersedia hanya untuk melayani 22 juta penumpang per tahun. Target dari revitalisasi ini adalah meningkatkan kapasitas Bandara Soekarno-Hatta agar dapat melayani hingga 62 juta penumpang per tahun pada 2014
GRAND DESIGN: Peta rencana pengembangan Bandara Soekarno-Hatta
Pada rapat koordinasi yang dihadiri seluruh pihak yang berkompeten mengenai percepatan pengembangan Bandara Soekarno-Hatta, ditetapkan ada lima agenda besar yang ditekankan  dalam merevitalisasi Bandara Soekarno-Hatta yaitu :
1. Meningkatkan kapasitas pergerakan pesawat tanpa membangun landasan baru, namun dengan melakukan optimalisasi landasan pacu 1 dan 2 yang ada 
2. Pengembangan Terminal 3 dan revitalisasi Terminal 1 dan Terminal 2 untuk menambah kapasitas pergerakan penumpang
3. Pembangunan terminal kargo baru (Cargo Village)
4. Pengembangan fasilitas penunjang (aksesibilitas dan fasilitas lain)
5. Pembangunan integrated building(bangunan penghubung) antara T1 dan T2 yang  berkonsep ”one stop service”.

NEW CONCEPT:Integrasi Terminal 1 dan Terminal 2
Untuk mengoptimalisasi landasan pacu,  dilakukan dengan cara merekonfigurasi runway 1 dan 2  dengan menambah jumlah taxiway serta meningkatkan kapasitas area parkir pesawat (apron) saat inidari 125 pesawat menjadi 174 pesawat. ”Pergerakan pesawat di Soekarno-Hatta saat ini 52 pergerakan per jam. Dengan mengoptimalisasi runway yang ada, kapasitasnya bisa di tingkatkan menjadi 62 pergerakan per jam. Optimalisasi landasan pacu tersebut dilakukan agar target kapasitas 62 juta penumpang per tahun dapat tercapai pada 2014 tanpa membangun landasan pacu yang baru.

Alternatif lain, membangun landasan pacu ketiga berikut terminal keempat yang dialokasikan di sisi utara bandara memang menjadi solusi lain yang ditawarkan guna meningkatkan kapasitas Soekarno-Hatta. Karena dengan adanya runway ketiga, volume pergerakan pesawat bisa didongkrak hingga 234 pergerakan per jam. 

Akan tetapi, keputusan untuk membangun runway ketiga tersebut sangat bergantung pada proses pembebasan lahan. Dibutuhkan seluas 830 hektare lahan baru untuk membangun runway ketiga. Jika proses pembebasannya dapat diselesaikan pada 2013, runway baru bisa dibangun. Tetapi kalau 2013 belum beres, maka pilihannya adalah harus membangun bandara baru. Karena Soekarno-Hatta sudah tidak bisa lagi dikembangkan, sementara pertumbuhan penumpang akan terus meningkat.

Selain optimalisasi runway 1 dan 2, agenda selanjutnya adalah melakukan pengembangan Terminal 3 serta revitalisasi Terminal 1 dan Terminal 2. Terminal 3 yang saat ini berdaya tampung 4 juta pergerakan penumpang per tahun akan dikembangkan hingga 25 juta penumpang per tahun, dengan membangun terminal tambahan yang akan menjadi bagunan utama (main building) dan terminal Pier 2. Sementara untuk program revitalisasi Terminal 1 dan 2, akan dilakukan penambahan luas masing-masing bangunan ke arah depan, untuk kemudian diintegrasikan dengan sebuah bangunan baru yang berfungsi sebagai penghubung (integrated building). Terminal 1 yang saat ini melayani 9 juta penumpang per tahun akan direvitalisasi agar bisa melayani menjadi 18 juta penumpang per tahun. Sedangkan Terminal 2 akan dikembangkan dari 9 juta menjadi 19 juta.

KONSEP PENGEMBANGAN TERMINAL 3
Pengembangan Terminal 3 direncanakan akan selesai pada 2013, kemudian program revitalisasi T1 yang dimulai pertengahan 2013 dan selesai 2014 dan disusul revitalisasi Terminal 2 mulai pertengahan 2012-2013, pembangunan terminal kargo baru akan tender dan selesai 2013. Sementara jadwal pembangunan fasilitas penunjang akan dilakukan secara paralel sejak tahun  2011 hingga 2014. Sedangkan pembangunan gedung terminal terintegrasi (integrated building) antara Terminal 1 dan Terminal 2perencanaan dan pembangunan dimulai sejak tahun 2011 dan selesai pertengahan 2013.

Pengerjaan pengembangan Terminal 3 akan dijadwalkan lebih dulu, menyusul kemudian revitalisasi Terminal 1 dan 2. Hal ini agar operasional penerbangan yang ada sekarang tidak terganggu. Sebelum T1 dan T2 dikembangkan, seluruh kegiatan operasionalnya akan dialihkan ke T3.

Perkiraan awal kebutuhan anggaran untuk semua proyek terebut berkisar Rp11,75 triliun, di mana seluruh pendanaan  berasal dari kas Angkasa Pura II bekerja sama dengan investor, dan pinjaman perbankan nasional jika diperlukan. 

Modern Airport With Traditional Flavour

Grand design Bandara Internasional Soekarno Hatta merupakan konsep besar yang berfungsi sebagai pedoman (guidelines) di dalam pembuatan perancangan dan pengembangan yang mengacu kepada Rencana Induk Bandar Udara Soekarno Hatta. Hal tersebut sebagaimana ditetapkan dalam keputusan Menteri Perhubungan No: KM 48 Tahun 2008. Grand Design dibuat dengan pendekatan komprehensif untuk memberikan solusi, terutama terhadap masalah-masalah pokok seperti: Kapasitas, Aksesibilitas, Konektivitas, Intermoda dan aspek lingkungan.

Grand Design juga menjadi solusi untuk mengantisipasi perkembangan bandar udara selama kurun 20 tahun ke depan. Di mana telah diproyeksikan bahwa pada tahun 2020 hingga 2030, lalu lintas penumpang dan pesawat di kawasan Asia Pasifik diprediksi akan mengalahkan kawasan Eropa dan Amerika dengan jumlah pergerakkan mencapai lebih 2,3 miliar penumpang per tahun. Sejalan dengan itu, akan terjadi pula transisi pola rute penerbangan dari jarak jauh (Long-Haul) menuju jarak menengah (Medium-Haul).

Mendasari bahwa traffic penumpang angkutan udara di kawasan ASEAN terus meningkat pada kurun 10 tahun ke depan—khususnya Indonesia yang merupakan pasar cukup besar bagi angkutan Udara Internasional (arrival, transit dan destination) di kawasan Asia Pasifik dengan prediksi pertumbuhan antara 4,1% - 5.7 % per tahun—maka diperlukan langkah-langkah strategis dengan membuat grand design sebagai pedoman pembangunan sarana dan prasarana bandar udara secara komprehensif. Hal tersebut mengingat total jumlah pergerakan penumpang di Bandara Soekarno-Hatta saat ini telah mencapai angka 44,3 juta per tahun (2010). Sementara kapasitas seluruh terminal yang ada hanya untuk 22 juta penumpang per tahun. Grand Design Soekarno Hatta dengan mengoptimalisasikan dua landasan pacu dirancang mampu menampung hingga 62 juta penumpang per tahun (ultimate).

Dalam mengembangkan Bandara Soekarno-Hatta, Angkasa Pura II tidak akan mengubah konsep awal yang mengedepankan  konsep arsitektur landscape airside dan landscape terminal. Yakni konsep bandara ramah lingkungan yang sarat dengan penghijauan dan kaya akan unsur-unsur etnik tradisional Indonesia. ”Citarasa tradisional Indonesia akan tetap kental terasa. Tetapi sistem dan konsep pelayanan  akan kita bubuhkan dengan sentuhan moderen, sesuai dengan tuntutan perkembangan sebagai bandara yang ’world class’,” Soekarno-Hatta ke depan diharapkan menjadi bandara berkarakteristik modern  yang sarat dengan sentuhan arsitektural tradisional Indonesia atau Modern Airport With Traditional Flavour”. Ide ini merupakan upaya luar biasa untuk tetap mempertahankan karakter monumental bagi arsitektur Indonesia/Nusantara.

Interchange Terminal
Bangunan Terminal 3 misalnya, akan dikembangkan dengan konfigurasi masa bangunan berbentuk U atau U-Shape yang dapat mengakomodasi seluruh kegiatan operasional penumpang. Di antaranya pelayanan penumpang, penanganan bagasi, pengunjung, perpindahan inter-moda, penumpang transit, penumpang transfer dan fasilitas komersial. Perpaduan dan harmonisasi berbagai kebutuhan operasional penumpang dengan fungsi dan kegiatannya tersebut akan terintegrasi di dalam bangunan untuk pelayanan publik.Salah satunya central check-in yang merupakan jawaban terhadap kebutuhan pelayanan penumpang dalam memenuhi persyaratan kenyamanan, keamanan, ketepatan waktu serta melayani penumpang yang tersebar dalam kapasitas besar secara simultan.

Terkait kondisi iklim di Indonesia, sebagian atap bangunan Terminal 3 akan mengadopsi bangunan monumental arsitektur di Indonesia yang bercirikan masa bangunan arsitektur tropis. Atap berarsitektur tropis ini akan menjadi solusi bagi kondisi dan karakteristik cuaca di Indonesia seperti hujan dan radiasi matahari yang intensitasnya tinggi. Keputusan tersebut juga merupakan hasil analisis untuk menghindari salah pengertian dalam menetapkan ciri arsitektur tradisional yang beragam di seluruh wilayah Indonesia/Nusantara.

Integrated Building

INTEGRATED BUILDING T1-T2

Integrated Building atau bangunan penghubung yang akan dibangun di antara Terminal 1 dan Terminal 2 adalah bangunan baru yang mengusung sistem pelayanan one stop service”. Konsep bangunan ini berbentuk circular (melingkar) dengan green wall di antara jalan akses yang memisahkan T1 dan T2. Selain itu dilengkapi pula lapisan kaca pada facade bangunan yang menyatu secara massa dengan bangunan eksisting T1 dan T2. Beragan fasilitas yang akan dihadirkan akan membuat bangunan ini sekadar sebagai bangunan penghubung antar-terminal, tetapi akan memberikan nilai lebih bagi Bandara Soekarno-Hatta yang diorientasikan menjadi kawasan ”Aerotropolis. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain area parkir bertingkat, ruang konvensi (convensional hall), pusat belanja, sarana rekreasi, fasilitas hotel, perkantoran penunjang operasional bandara.

Bangunan yang sangat mengusung konsep ramah lingkungan ini juga sedianya akan difungsikan pula sebagai interchange intermoda atau terminal intermoda dari sejumlah moda angkutan massal. Antara lain kereta api bandara, bus, serta people mover system atau kendaraan berbasis rel tanpa awak yang akan menjadi moda penghubung antara T1, T2 dan T3.

Pada awalnya arsitektural bandara internasional Soekarno-Hatta memperkenalkan konsep landscape airside dan landscape dari bangunan terminal T1 dan T2. Konfigurasi half circular dengan konsep fingers piers yang mulai operasional untuk T1 sejak 1985 dan T2 sejak 1992 merupakan hasil adaptasi dari arsitektur tradisional pada iklim tropis. Kemudian diintegrasikan dengan bentuk penyelesaian arsitektur/desain bandara modern atau masa kini. Dari segi arsitektur, pengembangan yang akan dilakukan sekarang masih sesuai dengan  konsep awal yaitu : Tetap ramah lingkungan dan mengusung nilai-nilai budaya nasional Indonesia. Demikian yang diberitakan dari rodakemudi.com

 Lihat Video
<iframe width="640" height="360" src="http://www.youtube.com/embed/QR8DKVolSb8?feature=player_detailpage" frameborder="0" allowfullscreen></iframe>


Sekilas Angkasa Pura II

Pengembangan komersial sisi timur (gerbang masuk utama)
PT Angkasa Pura II (Persero) merupakan perusahaan pengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa penerbangan dan jasa penunjang bandara di kawasan Barat Indonesia sejak tahun 1984. Pada awal didirikan, 13 Agustus 1984, Angkasa Pura II bernama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang bertugas mengelola dan mengusahakan Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng (kini Bandara Internasional Soekarno-Hatta) dan Bandara Halim Perdanakusuma. Pada 19 Mei 1986, namanya berubah menjadi Perum Angkasa Pura II, dan pada 2 Januari 1993, resmi menjadi Persero sesuai Akta Notaris Muhani Salim, SH No. 3 tahun 1993 menjadi PT (Persero) Angkasa Pura II.

Saat ini PT Angkasa Pura II mengelola dua belas (12) bandara utama di kawasan Barat Indonesia, yaitu Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Polonia (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Ketaping) dulunya Tabing, Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang) dulunya Kijang, Sultan Thaha (Jambi) dan Depati Amir (Pangkal Pinang) , serta melayani jasa penerbangan untuk wilayah udara (Flight Information Region/ FIR) Jakarta.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...