Sabtu, 29 September 2012

Indonesia Butuh Lebih Banyak Kapal Cepat Rudal

Indonesia membutuhkan banyak kapal cepat rudal (KCR) untuk mengimbangi wilayah laut yang begitu luas dan daratan yang tersebar. Keberadaan KCR dinilai mampu mempermudah TNI maupun para pengelola keamanan di laut untuk mengamankan wilayah maritim Indonesia. "Kita butuh banyak sekali kapal-kapal cepat seperti KRI Klewang," kata Kepala Staf TNI AL (Kasal) Laksamana TNI Soeparno, di Jakarta, Minggu, 16 September.

KRI Klewang, tambah dia, merupakan KCR buatan asli Indonesia yang memiliki bentuk unik. Kapal ini juga banyak dipuji sebagai kapal siluman yang memiliki kecepatan tinggi dan mampu menembus ombak besar karena memiliki tiga lambung. Tak heran jika biaya pembuatan satu pesawat ini mencapai 114 miliar rupiah.

KRI Klewang
KRI Klewang

Menurut dia, produk buatan PT Lundin Industry Invest ini juga merupakan kapal yang berpeluru kendali dan berguna untuk menjaga perbatasan dan potensi laut di Indonesia. Saat ini TNI baru membeli satu KRI Klewang untuk ditempatkan di Armada RI Kawasan Timur.
Meski demikian, Soeparno menuturkan, pengadaan kapal KCR akan terus dilakukan sehingga jumlahnya lebih banyak lagi. Selain KRI Klewang, TNI AL juga mendapat tambahan beberapa unit KCR, yakni KRI Celurit dan KRI Kujang. Total KCR yang saat ini dimiliki TNI AL tak lebih dari 10 unit yang masing-masing berukuran 40 meter.

Idealnya 35 Unit Kapal Cepat Rudal

Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksma Untung Suropati mengatakan, idealnya Indonesia membutuhkan 35 unit KCR. "Perairan Indonesia cocok untuk pengoperasian KCR, terutama di wilayah barat karena cukup dangkal," jelasnya. Guna mendukung penambahan KCR, Kementerian Pertahanan telah bekerja sama dengan China untuk produksi peluru kendali (rudal) C-705.

Nantinya seluruh KRI akan dilengkapi dengan rudal berkemampuan jelajah hingga 140 kilometer itu. TNI AL sudah dua kali melakukan uji coba rudal ini. Hasilnya cukup memuaskan untuk dipilih sebagai senjata kapal KCR. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, dengan produksi sendiri rudal, kemampuan persenjataan akan meningkat cukup signifikan.

Rudal C-705
Rudal C-705

"Kalau bisa produksi dalam negeri. Kami akan memasang rudal-rudal itu di daerah perbatasan untuk pengamanan," ujarnya. KCR ini berbahan dasar komposit serat karbon yang tercatat lebih ringan, dan 20 kali lebih kuat dari baja ini memiliki panjang keseluruhan (length overall) 62,53 meter, length on waterline 60,7 meter, water draft 1,17 meter, beam overall 16 meter, bobot mati 53,1 ton.

Kapal ini digerakkan oleh 4 unit mesin penggerak pokok ini, didesain sebagai kapal siluman (stealth) canggih yang dapat melaju dengan kecepatan tinggi. Kehebatan kapal ini mampu menembus ombak setinggi 6 meter.

Pada acara peluncuran tersebut, Wakil Asisten Logistik Kasal, Laksma TNI Sayid Anwar menyatakan, bahwa momentum peluncuran kapal perang KCR pertama X3K Trimaran Class ini diharapkan akan menjadi titik awal pembangunan kapal sejenis yang akan mampu meningkatkan kemampuan TNI AL, sehingga menjadi salah satu kekuatan yang disegani. "Selain itu, juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan industri militer dalam negeri," tambahnya.

Rabu, 26 September 2012

Isi Kesepakatan Boeing dan PT Pindad Soal Pesawat

Menkeu optimis kerja sama ini akan membawa manfaat bagi Indonesia.


Suasana kerja di pabrik Boeing, Amerika Serikat.
Suasana kerja di pabrik Boeing, Amerika Serikat. (REUTERS)
Pabrikan pesawat asal Amerika Serikat, Boeing, sepakat bekerja sama soal alih teknologi kepada Indonesia melalui PT Dirgantara Indonesia (DI) dan PT Pindad.

PT Dirgantara Indonesia adalah perusahaan industri pesawat terbang di Indonesia, sedangkan PT Pindad adalah perusahaan industri manufaktur Indonesia yang bergerak dalam bidang produk produk militer dan produk komersial .

Kesepakatan kerja sama alih teknologi antara Boeing, PT DI, dan PT Pindad tertuang dalam Memorandum of Agreement (MoA) yang telah ditandatangani pada acara Investment Day di Amerika Serikat pekan lalu.

“Boeing berminat untuk memberikan alih teknologi, training, pendidikan, dan kerja sama pembangunan industri dirgantara,” ujar Menteri Keuangan Agus Martowardojo di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu malam 26 September 2012.

Realisasi dari kerja sama itu akan dijalankan dalam waktu dekat. Pemerintah Indonesia optimis kerja sama ini akan berjalan lancar dan bermanfat bagi Indonesia. Apalagi Boeing memiliki citra baik dalam membangun kerja sama, baik dengan pemerintah maupun pihak swasta di Indonesia.

Menkeu menjelaskan, sebelumnya Boeing juga melakukan kerja sama dalam pembelian pesawat dengan Lion Air yang bernilai US$ 20 miliar.

Selasa, 11 September 2012

Tujuh Proyek Besar dengan Investasi Triliunan


Tujuh proyek besar di Indonesia itu senilai total Rp200 triliun.

BKPM Targetkan 7 Investasi Besar di 2013
BKPM Targetkan 7 Investasi Besar di 2013 
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) optimistis dapat mencapai target investasi 2013 sebesar Rp390 triliun. Untuk mencapai target itu, BKPM melirik tujuh investasi besar senilai Rp200 triliun.
Kepala BKPM, Chatib Basri, mengungkapkan, seiring dengan perbaikan mekanisme investasi, proyek-proyek potensial tersebut terus ditindaklanjuti dan masuk prioritas kerja ke depan.
"Itu prioritas yang sedang kami coba, dan saya sebut on the pipeline," ujar Chatib di Kantor Bappenas, Jakarta, Kamis 30 Agustus 2012.
Sementara itu, mengenai pencapaian tahun ini, dirinya optimistis dapat melewati target yang ditetapkan sebesar Rp283 triliun. Sebab, pada semester pertama, investasi yang masuk mencapai Rp148 triliun atau lebih dari separuh target.
Perolehan tersebut, menurut Chatib, didukung dengan masih tingginya impor barang modal. Kondisi itu menandakan bahwa investasi masih akan masuk ke Indonesia hingga akhir tahun.
"Jadi, sudah secure (terjamin), kira-kira sampai akhir tahun ini bisa Rp296 triliun, atau mendekati Rp300 triliun," tambahnya.
Sementara itu, ketujuh proyek yang akan mendatangkan investasi besar tersebut adalah:
1. Pembangunan pabrik kosmetik terbesar, L'oreal, dari Prancis senilai US$1 miliar.
2. Lotte, industri kimia dari Korea senilai US$5 miliar.
3. MEC+Nalco, rel kereta api+smelter dari Uni Emirat Arab dan India senilai US$5 miliar.
4. SDIC, industri semen, investasi dari China sebesar US$3 miliar.
5. Kereta api borneo, rel kereta api, investasi dari Singapura senilai US$1,8 miliar.
6. Huadian Power, pembangkit listrik, investasi dari Hong Kong sebesar US$1,6 miliar.
7. Bhimasena Power, pembangkit listrik, investasi dari Jepang senilai US$3,7 miliar.

Selasa, 04 September 2012

Peneliti: Borobudur Adopsi Konsep Fraktal

Borobudur adalah bangun ruang yang memiliki keserupaan dengan elemen dirinya sendiri.


Nenek moyang kita membuat Candi Borobudur dengan konsep geometri fraktal
Nenek moyang kita membuat Candi Borobudur dengan konsep geometri fraktal 
Ternyata konsep fraktal tak cuma diterapkan nenek moyang bangsa Indonesia melalui batik dan budaya tekstil saja. 
Secara turun temurun tradisi fraktal ini telah mengejawantah dalam desain dan bentuk bangunan peninggalan sejarah seperti candi. Hal ini disimpulkan oleh kelompok riset Bandung Fe Institute, yang selama beberapa tahun terakhir meneliti fraktal dalam kebudayaan Indonesia. 
Fraktal adalah bentuk geometris yang memiliki elemen-elemen yang mirip dengan bentuknya secara keseluruhan. Seringkali suatu fraktal memiliki pola tertentu yang mengulang dengan bentuk rekursif dan iteratif. 
Salah satu bangunan monumental yang telah menerapkan konsep geometri fraktal, menurut mereka adalah Candi Borobudur, yang ditetapkan sebagai salah satu World Heritage Site (situs peninggalan sejarah dunia) oleh UNESCO.
"Pengukuran yang kami lakukan pada setiap bagian Candi Borobudur, mengkonfirmasi hal ini secara matematis," ujar Hokky Situngkir, peneliti dan President Bandung Fe Institute, dalam sebuah rekaman Videocast yang ia unggah di situs video YouTube.
Menurut Hokky, Borobudur adalah bangun ruang yang memiliki keserupaan dengan elemen-elemen dirinya sendiri. Di dalam Borobudur, misalnya, ada banyak bentuk geometri stupa. "Candi borobudur sendiri adalah stupa raksasa yang di dalamnya terdiri dari stupa-stupa lain yang lebih kecil. Terus hingga ketidakberhinggaan," ia menjelaskan. 
Selain itu, Hokky menjelaskan, hal ini juga diverifikasi oleh pengukuran Parmono Atmadi dari UGM, yang menemukan keteraturan bangunan Borobudur yang memenuhi unsur perbandingan 9:6:4.
Rasio itu, misalnya hadir pada perbandingan ukuran tinggi tiga bagian Candi, yakni bagian Arupadhatu (dunia tanpa bentuk) - bagian stupa utama dan stupa-stupa yang membentuk lingkaran, bagian Rupadhatu (dunia bentuk) - bagian yang mencakup stupa-stupa yang berada di landasan berbentuk persegi, serta bagian Kamadhatu (dunia nafsu) - bagian kaki.

File:Borobudur Half Cross Section.png
   Sumber: Wikipedia

Hokky juga mengatakan, bahwa sebenarnya stupa sendiri merupakan bentuk ellipsoid 3 dimensi yang memenuhi rasio 9:6:4. "Keteraturan ini kita jumpai di seluruh bagian Borobudur, baik secara horizontal maupun vertikal," katanya.
Tak hanya itu, kata Hokky , hasil observasinya terhadap Borobudur menyimpulkam bahwa dimensionalitas Borobudur memenuhi dimensi fraktal antara 2 dan 3. "Kalkulasi kita menemukan bahwa dimensionalitas bangunan candi Borobudur ada di antara 2 dan 3," kata Hokky melalui surat elektroniknya
Dengan pemodelan komputasional cellular automata, ditemukan bahwa candi ini memenuhi aturan 816 celullar automata 2 dimensi pada sistem ruang 3 dimensi. Ini digunakan pada saat mereka nenek moyang kita saat membuat Borobudur menumpuk blok batuan dengan pola penumpukan batuan 6,7, 9, 10. 
Secara konvensional kita mengenal konsep dimensi, yang merupakan 'bilangan bulat'. Dimensi 1 direpresentasikan dengan garis, dimensi 2 dengan bidang, dimensi 3 dengan ruang, dimensi 4 dengan ruang dan waktu, dan seterusnya. 
Nah, Fraktal adalah konsep geometri yang mengenal dimensi 'bilangan pecahan'. "Jadi Candi Borobudur bukanlah bangun ruang 3 dimensi biasa dan tak tepat pula dilihat sebagai bentuk-bentuk 2 dimensi. Candi Borobudur ada di antara dimensi 2 dan 3!," ujar Hokky yang juga peneliti pada Surya Research International.

<iframe width="640" height="360" src="http://www.youtube.com/embed/ckdlhPhf4xk?feature=player_embedded" frameborder="0" allowfullscreen></iframe>
 Video lihat disini

Sebelumnya, hipotesis tentang adanya sifat fraktal pada beberapa bangunan candi sudah mengemuka sejak beberapa tahun lalu. Hal yang sedikit membingungkan adalah, nenek moyang kita tidak mengenal ukuran metrik standar, namun mereka mampu membuat bangunan-bangunan yang demikian kompleks seperti Borobudur.
"Bagaimana mungkin sebuah peradaban yang tak punya sistem metrik standar, pemahaman mekanika dan statika modern, mampu mendirikan bangunan yang sedemikian kompleks seperti Borobudur? Jawabannya adalah cara ber-geometri nenek moyang kita mungkin adalah fraktal geometri!" kata Hokky.
Borobudur sendiri adalah candi yang diperkirakan mulai dibangun sekitar 824 M oleh Raja Mataram bernama Samaratungga dari wangsa Syailendra, yang menganut agama Budha Mahayana. 
Candi yang memiliki 2.672 panel relief, serta 504 patung Buddha, itu sempat terkubur oleh lapisan vulkanik selama beberapa abad dan dikelilingi oleh rerimbunan hutan, sebelum akhirnya ditemukan kembali pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles.

Teknologi di Balik Pembangunan Borobudur


Bagaimana membangun Borobudur tanpa menancapkan ratusan paku untuk mengokohkan pondasinya?


Candi Borobudur di malam hari
Candi Borobudur di malam hari 
Borobudur, sebuah candi megah di Magelang, Jawa Tengah, diperkirakan dibangun sekitar tahun 824 Masehi oleh Raja Mataram bernama Samaratungga dari dinasti Syailendra. Candi yang begitu berat itu berdiri kokoh tanpa ada satu paku pun juga tertancap di tubuhnya.

Pertanyaan pun selama ini mengemuka: bagaimana membangun Borobudur tanpa menancapkan ratusan paku untuk mengokohkan pondasinya, dan bagaimana batu-batu berat yang membentuk Borobudur itu diangkat ke lokasi pembangunan di atas bukit?

Kecanggihan masa kini pun sulit menjelaskan logika di balik pembangunan Candi Borobudur. Peneliti Indonesia dari Bandung Fe Institut, mencoba menjawabnya. Ketiga peneliti muda itu, Hokky Situngkir, Rolan Mauludy Dahlan, dan Ardian Maulana, menjelaskan, pembangunan Candi Borobudur menggunakan teknologi berbasis geometri fraktal.

Fraktal adalah bentuk geometris yang memiliki elemen-elemen yang mirip secara keseluruhan. Wujud fraktal kasar dan dapat dibagi-bagi dengan cara yang radikal. Fraktal memiliki detail yang tak terhingga, dan dapat memiliki struktur serupa pada tingkat perbesaran yang berbeda. Istilah ‘faktal’ yang diambil dari bahasa Latin itu ditemukan oleh Benoit Mandelbrot pada tahun 1975.

Geometri fraktal itulah yang tampak pada stupa-stupa Candi Borobudur. Seperti kita ketahui, Candi Borobudur merupakan stupa raksasa yang di dalamnya terdiri dari stupa-stupa lain yang lebih kecil.
Peneliti Bandung Fe Institut membuktikan, Candi Borobudur ternyata dibangun dengan prinsip-prinsip fraktal. Namun apakah teori fraktal pada masa lalu telah ditemukan dan diimplementasikan secara sadar oleh nenek moyang kita, masih harus diteliti lebih lanjut.

Kelebihan dan Kekurangan Alutsista Dalam Negeri


Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo mengatakan TNI AD wajib menggunakan piranti utama (hardware-software) militer yang sudah mampu diproduksi lokal. Semua alat utama sistem pertahanan produksi (alutsista) lokal akan dimaksimalkan pengadaannya. Namun, dikatakannya juga bahwa tidak ada persentase khusus berapa persen pengadaannya. Sebanyak-banyaknya alutsista buatan dalam negeri yang ada akan dipakai oleh TNI. Seperti yang diutarakannya pada Kamis, 4 Oktober 2012.
Menyinggung soal kelebihan dan kekurangan alutsista buatan lokal, Edhie mengatakan bahwa ada keunggulan tersendiri bagi alutsista lokal, antara lain mudah diperbaiki dan mudah mendapatkan suku cadangnya. "Bandingkan dengan barang produksi luar negeri yang harus kita pelajari dulu proses operasi ataupun perbaikan," lanjut Edhie.
 
Panser Anoa
Panser Anoa Pindad
(Republika)

Dia mencontohkan panser Anoa buatan Pindad yang mudah diperbaiki pasukan. "Softbreaker rusak bisa segera diperbaiki sendiri. Tidak repot," kata dia.

Namun Edhie juga mengakui masih ada sejumlah kekurangan alutsista buatan dalam negeri. "Untuk teknologi, masih banyak yang belum kita kuasai," ujar adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu. Alutsista dari luar negeri, kata Edhie, akan diambil selama sesuai kebutuhan TNI AD. "Namun tak menggerus keuangan negara karena kami membuka skema government to government."

Edhie berharap industri pertahanan dalam negeri dapat meningkatkan teknologinya. "Semoga semakin bisa disempurnakan," kata dia. Alutsista lokal sangat mampu untuk berjaya dan dihargai karena selalu mengalami penyempurnaan. "Itu sebabnya banyak dilirik negara tetangga dan bisa diekspor."

Terkait Rancangan Undang-undang Industri Pertahanan yang sudah disetujui oleh DPR pada 2 Oktober lalu, Edhie menyambut baik. "Tanpa (RUU Inhan) diketok pun, kami wajib menggunakan alutsista lokal sepanjang memenuhi syarat," ujar dia.

Senin, 03 September 2012

Kapal Perang Siluman TNI AL Karya Anak Bangsa



Inilah Kapal Perang Siluman TNI AL Karya Anak Bangsa   




 Inilah Kapal Perang Siluman TNI AL Karya Anak Bangsa - Pertahanan Samudera Indonesia kini bakal lebih berwibawa. TNI Angkatan Laut kemarin  (31/8) resmi meluncurkan kapal patroli rudal cepat siluman KRI Klewang bernomor lambung 625. Kapal berbahan serat karbon ini merupakan kapal tercanggih milik TNI AL.

Peluncuran dilakukan dari galangan kapal PT. Lundin Industry Invest di pantai Cacalan, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi.

Dari Mabes TNI AL hadir Wakil Asisten Logistik KSAL Laksamana Pertama (Laksma) Sayyid Anwar. Dalam peluncuran kapal pesanan Kementerian Pertahanan RI itu juga dihadiri Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan Agung Kuswandono. Bupati Abdullah Azwar Anas juga ikut menyaksikan peluncuran kapal yang diklaim sebagai kapal perang paling inovatif tersebut.

Kapal itu didorong menuju laut dengan bantalan beberapa gelender karet raksasa berisi angin. Proses menggelender kapal itu juga disaksikan ratusan warga yang memadati pantai Cacalan.

Pengadaan KRI Klewang menggunakan APBN 2009 yang dilaksanakan Dinas Pengadaan Mabes TNI AL dan di bangun PT. Lundin Industry Invest Banyuwangi.  Kontrak pengadaan dilakukan pada tahun 2009, sedangkan pekerjaan konstruksi kapal itu baru dilakukan mulai tahun 2010 lalu.

KRI Klewang 625 yang bernilai Rp. 114 miliar itu baru rampung sekitar 90 persen. Setelah berhasil diluncurkan di Pantai Cacalan, pekerjaan akhir akan dilakukan di dermaga Pangkalan TNI AL (Lanal) Banyuwangi. Saat diluncurkan kemarin, peralatan persenjataan modern kapal itu belum dipasang.

Laksma Sayyid Anwar mengungkapkan, KRI Klewang 625 itu merupakan kapal cepat rudal pertama yang dimiliki TNI AL. Kapal ini tergolong canggih karena tidak mudah dikenal dan tidak bisa dideteksi oleh radar lawan. "Karena itu disebut siluman atau stealth," katanya.

Kapal ini, tidak mudah terdeteksi oleh radar karena tidak menggunakan bahan baja melainkan menggunakan bahan serat karbon. Tidak semua negara memiliki kapal jenis ini, hingga saat ini baru Amerika Serikat (AS) dan Indonesia yang memiliki kapal type trimaran ini. AS hanya memiliki empat unit kapal dan Indonesia baru memiliki satu unit saja.

"Kapal cepat rudal ini sudah memiliki pengakuan luar dan dalam negeri," ujar perwira tinggi TNI AL kelahiran Desa Cantuk, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi itu. Dia menambahkan, kapal ini akan dilengkapi dengan empat rudal jenis C.705 dengan jarak tempuh sekitar 120 kilometer. Kapal ini memiliki 27 anak buah kapal (ABK). "Kemungkinan besar KRI Klewang ini akan ditempatkan di Armatim," tambahnya. Setelah berhasil diluncurkan, KRI Klewang melakukan uji berlayar di Selat Bali. Setelah sukses melakukan uji coba, kapal sandar di Dermaga Lanal di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi.

Bentuk lambung KRI Klewang yang radikal memungkinkan kapal ini dapat menembus gelombang sehingga dapat meningkatkan stabilitas. Kapal ini dibangun dengan menggunakan material komposit serat karbon yang memanfaatkan vacuum infusion process dan resin vinylester. "Metode ini menghasilkan sebuah struktur yang lebih kuat, tetapi juga memiliki biaya operasional dan pemeliharaan yang efisen," jelas Andi Luqman Contract Manager PT. Lundin Banyuwangi.

Arti trimaran sendiri adalah kapal multihull atau berlambung lebih dari satu. Yaitu terdiri dari lambung utama yang disebut VAKA dan dua lambung kecil atau cadik yang menempel di kanan dan kiri lambung utama yang disebut AMAS. Asal kapal trimaran berasal dari kepulauan Pasifik. Jadi memang desain kapal perang Trimaran diambil dari perahu bercadik yang banyak dijumpai di kepulauan Pasifik.

Selama ini kapal perang konvensional selalu berlambung tunggal atau monohull yang sulit bila harus berlayar di perairan dangkal dan mudah tenggelam. Namun tidak dengan desain multihull seperti trimaran.

Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul optimistis KRI Klewang akan menjadi ujung tombak pertahanan laut Indonesia.





sumber
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...